Rabu, 29 Juli 2009

Komunikasi Dalam Keluarga

(from book “The Power of Parent’s Words, by Norman Wright)



Agar dapat berhasil dalam melakukan petunjuk berkomunikasi di rumah anda, Anda perlu memahami :

Latar belakang pribadi anda dan bagaimana latar belakang keluarga anda dulu; bagaimana cara berkomunikasi orang tua anda; seberapa jauh cara berkomunikasi orang tua anda mempengaruhi cara anda berkomunikasi dengan anak-anak anda; apa yang mendorong anda menjadi org tua dan apa tujuan anda dalam mendidik anak anda; apa tujuan anda mendidik sudah benar; apakah cara anda mendidik berdasarkan kebenaran alkitab atau dipengaruhi Mitos yang sekarang berlaku; apakah anda menyadari bahwa perkataan kasar dapat melukai hati anak-anak anda saat kita kurang berhati-hati dalam mengucapkannya.

Suasana dalam Rumah Tangga, termasuk komunikasi secara Verbal maupun non Verbal dari orang tua memainkan peran yang amat penting dalam membentuk identitas dan tingkah laku seorang anak ;

Anak-anak belajar bagaimana bertingkah laku sebagai Reaksi terhadap cara kita berbicara kepada mereka, untuk alasan tertentu seorang anak memainkan peran dalam keluarga, atau peran yang ditentukan baginya dengan sadar atau tanpa sadar oleh kedua orang tuanya..

Dan peran ini menjadi identitas anak kita, dia belajar bertahan hidup dalam keluarganya dan merasa dirinya berarti dengan memainkan perannya tersebut.

Contoh beberapa Peran:

*Jason si Pelaku :

Seorang anak sulung berumur 10 tahun yang sudah mempunyai rasa tanggung jawab yang sangat besar. Kadang-kadang dia bertindak sebagai orang tua bagi adik-adiknya, bahkan dia akan merasa kecewa apabila orang tua melakukan apa yang menurutnya dapat dilakukannya.

Orang tua Jason menekankan bahwa Jason diterima karena apa yg sudah dilakukannya. Anak-anak seperti ini terlalu bertanggung jawab dan bergumul melawan rasa bersalah jika tidak melakukan tugas dengan baik.

*Lisa si Pendamai :

Lisa berusia 13 tahun dan disebut sebagai si Pendamai, karena dia yang membuat keluarga stabil.

Lisa sering bersedia disalahkan, padahal adiknya yang melakukannya untuk menghindari perselisihan dalam keluarga. Lisa cenderung mengambil peran, dan merasa bertanggung jawab untuk memberikan makanan emosional bagi keluarganya, mempersatukan,dan meredakan watak pemarah,

Orang tuanya sering berkata: jika kalian tidak akur, kalian akan menyebabkan ayah dan ibu bercerai. Anak2 ini tumbuh dibawah bayang-bayang ketakutan karena mereka merasa akan ditinggalkan.

*Jimmi si penyendiri :

Jimi bergerak tanpa suara seperti bayangan dalam rumah, dia tidak banyak berkata-kata, baik dan penurut, dan belum pernah menunjukan kemarahannya.

Anak-anak seperti Jimi disebut sebagai anak yang suka menyendiri atau anak yang hilang.

Jimi adalah anak yang kesepian karena orang tuanya dulu mungkin sering menyuruhnya diam jika dia membuat keributan dan jika mengganggu dia diusir.

Orang-orang seperti Jimi bertumbuh menjadi orang dewasa yang terhilang dan hidup dalam penolakan.

*Jason Sang Bintang :

Jason sangat pandai, mengerjakan segala sesuatu dengan sangat baik, sangat menonjol, terkenal dimana-mana, dia cenderung menuntut kesempurnaan, kadang-kadang suka mengecam saudara-saudaranya.

Setiap orang tua ingin agar anaknya menjadi seorang bintang atau pahlawan, dan kita mendorong anak-anak kita melakukan yang terbaik,

Anak-anak ini menjalankan peran seorang bintang dan kehilangan masa kanak-kanaknya. Orang tuanya menekankan dia untuk menjadi pertama dan menjadi bintang utama, mereka jarang mempunyai waktu untuk bersenang-senang dan santai.

Anak-anak yang didorong supaya menjadi bintang oleh orang tuanya seringkali padam putus asa merasa malang dan gagal menjadi orang dewasa.

*Amy si Pelawak

Amy sangat disukai, semua orang ingin didekatnya, dia seorang pelawak, dia dapat membuat kami semua tertawa, bergurau dan melucu. Juga pada waktu menghadapi masalah, Amy tahu bagaimana menikmati hidup dan membuat orang lain juga menikmati hidup, bersikap membantu orang lain,

Amy sulit untuk serius, dia sudah menerima peran dari orang tuanya untuk mengabaikan, menghindari,dan menutupi masalah dan kesedihannya. Mampu menyembunyikan kesedihan dan keterasingannya dengan baik, dia menarik perhatian dengan menjadi pelawak,

*Eric anak yang Saleh :

Dia sangat bertanggung jawab dan taat, aktif dalam persekutuan pemuda di gerejanya, dia mendorong kami agar tetap setia ke gereja. Eric mengambil peran sebagai anak yang saleh untuk menyenangkan kita.

Anak-anak seperti ini sering mempunyai bidang-bidang tertentu dalam kehidupan mereka yang ditekan dan dihambat. Mereka tak mau mencoba sesuatu yang baru karena takut gagal.

*Putri kecil ayah dan pahlawan kecil ibu.

Ada orang tua yang memberikan julukan kepada anak-anaknya sehingga mendorong mereka untuk memainkan peran tersebut.

Julukan ini berbahaya, secara halus merupakan bentuk bentuk perlakuan kasar yang akan mendorong anak perempuannya untuk berperan sebagai putri kecil untuk menggantikan peran istrinya dalam hal tertentu, mungkin sang Ayah mengangkat anaknya sebagai seorang putri agar kebutuhan emosinya terpenuhi.

Pada mulanya peran ini akan membuat anaknya merasa istimewa, tetapi ia mengingkari keberadaannya sebagai seorang anak karena dituntut menjadi orang dewasa, namun dia mungkin menikmati perhatian yang diterimanya dan mulai menuntut untuk diperhatikan secara istimewa.

“ Salah satu cara yang terpenting untuk membantu supaya anak2 kita menjadi orang dewasa yang berarti, yaitu dengan belajar berkomunikasi kepada mereka secara positif. “

“Tujuan kita menjadi orang tua adalah untuk membawa anak2 kita menjadi dewasa dan untuk membebaskan mereka agar menjadi tidak bergantung pada diri kita dan bergantung pada Allah”

Beberapa tujuan dalam mempunyai anak~ sbb:

EGO : mengharapkan sesuatu dari anak2 mereka: punya anak yang berhasil; punya anak yang mewarisi uang dan harta milik keluarga; punya anak yang mirip saya, memiliki sifat-sifat baik saya, menjadi kebanggaan saya; punya anak agar saya merasa lengkap.

KOMPENSASI : anak untuk menutupi kekurangan dalam keluarga: supaya perkawinan jadi bahagia; supaya punya teman; untuk memperbaiki latar blakang keluarga yang kurang bahagia.

MENGIKUTI KEBIASAAN ORANG BANYAK : ingin sama dengan kebanyakan orang lainnya; menyenangkan orang tua; menghindari kecaman masyarakat.

KASIH SAYANG : siap untuk mencurahkan kasih sayang dalam kehidupan mereka bersama; supaya mempunyai kesempatan membahagiakan seseorang; mengajarkan kepada seseorang tentang segala yang indah dalam kehidupan; memperoleh kepuasan dengan memberi diri pada orang lain; menolong orang lain agar bertumbuh dan berkembang.


Tujuan kita menjadi orang Tua akan menuntun kita :

“ Pikiran, sikap dan perasaan anda sebagai orang tua akan mempengaruhi bagaimana anda menanggapi anak anda..”

Bagaimana kita mendorong anak-anak kita untuk mencapai kedewasaan :

1. Memberitahu : anak-anak 3-4 tahun memerlukan pengarahan yang jelas dan pengawasan yang ketat.
2. Mengajar : anak SD diajar unuk melakukan sesuatu yang dapat dilakukannya melalui komunikasi 2arah.
3. Berperan Serta : menginjak SMP, orang tua berperan sebagai pelatih. Disampaikan lebih baik lewat contoh dan keterlibatan, pengawasan akan berkurang, mendorong anak untuk mengambil keputusan sendiri, dan bagaimana bertingkah laku.
4. Memberikan Wewenang dan Tanggung Jawab: tahap yang menentukan agar anak anda menjadi dewasa. Mendorong anak anda dan anak anda pun akan ikut mendorong anda. Tahap saling memberi dan menerima. Dulu anda memberikan diri untuk anak anda sekarang anak anda juga memberikan dirinya untuk anda. Dia sekarang juga akan menyayangi dan mendorong anda melalui sikap perkataan dan perbuatannya.

Pada tahap ini mungkin anak anda akan membuat keputusan yang berbeda dengan cara anda, kesimpulan yang berbeda, inilah tanda kedewasaan dan kemandirian.

Jika tidak sesuai pertumbuhan anak akan terhambat, dan dia akan tetap bergantung pada orang lain.

“ Salah satu tantangan dan kesukaan kita yang besar adalah untuk menghargai keunikan anak kita dan menerima apa yang tidak dapat dirubah dalam dirinya “

1. Orang Tua Sebagai Penyelidik : mengamati, memahami anak anda dengan sabar untuk mengenali kepribadian dan sifatnya yang unik, semakin anda mengenal anak anda, anda semakin diperlengkapi untuk mempersiapkannya memahami suatu kehidupan yang berarti.

Cara : mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang umum sehingga mereka tidak merasa diselidiki dan menjauh, apalagi jika kita mengecamnya dan tidak menyimpan rahasianya.

2. Orang Tua Sebagai Petani : menganggap tiap-tiap tanaman adalah unik, tidak memaksa kentang untuk menjadi apel. Cara berkomunikasinya dengan memupuk; memberikan kasih, penegasan dan dorongan; mendorong setelah mengalami kegagalan.
3. Orang Tua Sebagai Arsitek : tidak memaksa. Kecenderungan kita menghargai keunikan mereka dan menerima apa yang tidak dapat diubah dalam dirinya, serta tidak memperlakukan mereka dengan kasar melalui perkataan, akan mengurangi banyak kekecewaan.

Peran kita sebagai orang tua bukan untuk menggantikan rencana dan rancangan Allah, Allah adalah satu-satunya Pribadi yang mempunyai tujuan dan maksud yang terbaik bagi anak-anak kita; Allah adalah sang Arsitek Agung kita harus berserah pada rancangan-Nya.

Anda harus selalu ingat akan “kehendak Bebas”

Jika “Adam dan Hawa membuat pilihan yang keliru “, hal ini juga bisa terjadi pada anak-anak anda.

1. Perkataan sebagai Senjata harus dilucuti.

Kata-kata yang tajam, pedas, pahit, menurunkan martabat, mengecam, sama dengan senjata tajam yang melukai anak-anak anda.

Kata-kata kita bagaikan senjata tajam yang ditembakkan untuk menyerang tingkah laku penampilan, kepandaian, kemampuan, dan nilai anak sebagai seorang pribadi.

Perkataan yang merusak melukai batin, bagaikan angin kencang yang melukai dan merobek kulit, yang kita seringkali tidak menyadari bahaya yang akan terjadi

(lihat: Yakobus 3: 8-10)

2. Perlakuan kasar melalui Perkataan

Kata-kata seperti : bodoh; lamban; kamu sama sekali tidak berguna; tidak adakah yang bisa kamu lakukan dengan benar; bukankah jatuh kelantai itu menyenangkan; aku tidak dapat menemukan arlojiku, apakah kamu mencurinya?

3. Perlakuan kasar secara tidak langsung melalui perkataan

Kata kata : mengejek; menggoda; tindakan meremehkan secara senda gurau; lalu kemudian mencoba menutupinya dengan berkata ” hanya bergurau“; sama saja artinya dengan menggunakan lelucon untuk melukai anaknya. Menertawakan anak dan mengolok-olok didepan umum dengan mengecam sifat, kemampuan, dan kelemahannya. (baca: Amsal 26:18-19)

4. Perkataan yang menghakimi :

Meremehkan : anak merasa diremehkan jika anda menganggap enteng tindakannya, perasaannya, pikirannya atau prestasinya; hal ini menyatakan kepada anak bahwa: gagasanmu tidak baik, kelakuanmu tidak baik, “Kamu Tidak Baik “

Anak akan menanggapinya dengan menarik diri dari anda, dia tidak mendengarkan anda, menutup diri, tidak mau menceritakan apa-apa kepada anda, mungkin dia akan membalas dengan cara yang tidak kentara.

Menyalahkan : kamu sangat mengecewakan saya, tingkah lakumu menghancurkan saya, jangan membuat saya marah.

Kata2 “ Harus” dan “ Tidak Boleh “ seringkali merupakan senjata yang menyalahkan yang melukai anak, sikap yang ingin diperbaiki dari anak kita malah semakin diperkuat,

Hindari kata-kata “harus” dan “tidak boleh”, misalnya: “ saya menghargai apa yang sudah kamu lakukan, tapi mungkin ada cara lain yang ingin kamu coba pada waktu yang akan datang “

Mencari-cari kesalahan : Selalu melihat anak2nya dengan kacamata kritik, menuntut kesempurnaan, mempunyai harapan yang tidak masuk akal bahwa anaknya harus sempurna. Kadang2 raut wajah yang mencemooh, mengerutkan dahi, isyarat yang menyalahkan, menunjukkan ketidakpuasan sukar untuk dimengerti anak,

Diam adalah bentuk pengendalian, hukuman, dan kritik dalam keluarga yang tidak sehat, karena kita diciptakan untuk berkomunikasi satu sama lainnya. Kritik dapat melukai anak secara mendalam, membuat anak merasa tidak diterima sehingga mencari orang yang yang dapat mengatakan bahwa dirinya berharga.

Bagaiman menghindari mencari-cari kesalahan?

Dengan belajar mengasihi anak-anak anda tanpa syarat.

1. Mereka adalah anak-anak.
2. Mereka cenderung bertingkah laku seperti anak-anak.
3. Banyak tingkah laku kekanak-kanakan yang tidak menyenangkan.
4. Jika kita mengasihi mereka walupun mereka bertingkah kekanak-kanakan, mereka akan belajar menjadi dewasa dan berhenti bertingkah laku kekanak-kanakan.
5. Jika kita mengasihi mereka jika mereka menyenangkan saya saja (kasih bersyarat) mereka akan merasa tidak dikasihi dengan tulus, merasa tidak aman, merusak gambaran diri, menghalangi mereka mencapai pengendalian diri yang lebih baik dan kelakuan yang lebih dewasa; mereka tidak mempunyai harga diri. Harga diri yang rendah akan mengganggu mereka dalam pertumbuhan emosi dan tingkah laku.
6. Jika kita mengasihi mereka tanpa syarat, mereka akan merasa senang dan nyaman atas diri mereka sendiri,
7. Berjuang dan berdoalah demi anak-anak, berdoa agar kita dapat mengasihi anak-anak kita tanpa syarat, masa depan anak-anak tergantung pada dasar ini.



Ayat-ayat berikut tentang komunikasi: Amsal10:19; 12:18; 14:29; 16:24; 17:19; 19:11; 29:20.

Contoh : “ Unconditonal LOVE “

“ Jika kita bisa memperlakukan orang2 terdekat kita dengan kasih dan penghargaan, seperti kita memperlakukan orang lain, maka dengan sendirinya kita sedang membentuk mereka menjadi pribadi yang pantas untuk dikasihi dan dihargai.”

Franklin graham putra pendeta terkenal dunia Billy Graham (yang sering melayani orang-orang penting, termasuk Presiden AS) menuliskan pengalamannya dalam otobiografinya “Rebel with a Cause“, betapa dia menyesali perbuatannya ketika masih muda, dia sangat liar dan menjadi anak yang penuh pemberontakan kepada orang tuanya.

Pada suatu hari dia berteriak- teriak dari sepeda motor Harley Davidsonnya didepan rumah ayahnya untuk meminta uang. Dengan mengenakan jaket kulit yang berdebu dan kotor, dengan cambang yang lebat di dagunya dia menerobos masuk keruang tamu sementara Billy Graham sedang mengadakan rapat besar dengan tamu-tamu pentingnya.

Begitu mengenali anaknya, Billy tanpa ragu-ragu memperkenalkan Franklin kepada tamu-tamu kehormatannya sebagai anaknya dengan sikap hormat dan kebanggaan, Billy tidak meminta maaf untuk apa yang dilakukan Franklin di hadapan mereka atau memperlihatkan sedikitpun rasa malu atau rasa bersalah karena sikap buruk anaknya. Kasih dan penghargaan yang ditunjukkan ayahnya membuatnya berbalik dari sikap pemberontakannya.

Pendeta besar sekaliber Billy Graham melalui tindakannya membuktikan bahwa dia menerima dan mengasihi anaknya. Hendaknya kitapun demikian- dapat mengasihi dan menerima orang-orang yang kita kasihi tanpa syarat, bahkan saat mereka tidak seperti yg kita harapkan.

Billy Graham lebih peduli untuk menjaga harga diri anaknya dihadapan tamu-tamu pentingnya, sementara kebanyakan kita lebih memilih menjaga image dan nama baik kita dihadapan orang lain.

Tantangannya kita harus belajar mengasihi dan menerima orang2 terdekat kita seperti Tuhan Yesus menerima dan mengasihi kita, saat kita masih berdosa, itulah tantangan kita sebagai orang Kristen. Sebab jikalau kita , ketika masih seteru diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita yang sekarang telah diperdamaikan, pasti diselamatkan oleh hidup Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.