Jumat, 03 Juli 2009

Menjadi Orang yg Berkenan di Hati Tuhan

Ayat bacaan : 1 Samuel 17:1-50
Daud adalah anak yang paling bungsu dan juga anak yang patuh kepada orang tua. Di saat pagi-pagi dia mau menuruti ayahnya untuk mengirimkan bekal dan meninjau kakak-kakaknya, cerita berikutnya baru terdengar. Dari situ Daud menjadi tahu mengenai Goliat.
Kemudian yang selanjutnya, pada ayat yang ke-26 menunjukkan bahwa Daud adalah seorang pemberani.
Kemudian pada ayat ke 37, menunjukkan bahwa Daud berani menghadapi masalah karena dia yakin bahwa Tuhan bersama dia, sedangkan semua orang hanya melihat raksasanya.
Kemudian pada ayat yang ke 45; pada saat orang lain bingung dengan caranya sendiri sehingga menjadi lupa akan Allahnya dan hanya membicarakan Goliat si orang Filistin itu, Daud adalah satu-satunya orang yang tidak membicarakan tentang Goliat. Dia hanya membicarakan Allahnya. Daud melihat apa yang tidak dilihat oleh orang lain dan menolak apa yang dilihat oleh orang lain. Dia tidak pernah mempertanyakan mengenai Goliat. Tapi orang sekelilingnya selalu ribut dengan Goliatnya, sehingga tidak pernah memperhatikan bahwa Tuhan menyertai dia karena semua orang hanya tertuju pada si raksasa itu.
Aku sangat interest dengan ayat 45 ini, dimana disebutkan “segala barisan Israel”. Daud berani membayangkan banyak malaikat yang bersenjata dengan kekuatan Allah yang turun menghajar musuh-musuhnya. Jadi dia membayangkan kekuatan Allah sebegitu besarnya sampai dia berani mengatakan seperti itu. Karena itu ia melihat bahwa banyaknya tentara Allah membuat dia berani untuk melawan Goliat.
Pada saat dia maju, banyak sekali orang di sekelilingnya yang mencemooh dia, mencaci maki, karena tubuhnya yang kecil, bahkan dia keberatan memakai baju tentara. Ini menunjukkan perbedaan antara Daud dan Goliat adalah seperti bumi dan langit. Bahkan Saul juga menghela nafas dan berpikir bahwa masa depan anak ini tidak ada harapan dan sudah pasti hancur, akan kalah dan mati.
Seringkali kita melakukan hal yang sama, berlari dari Goliat yang ada di sekeliling kita. Kita terlalu dikuasai ketakutan sehingga melakukan hal yang buruk, padahal Tuhan meyertai kita senantiasa. Dengan jiwa yang dipernuhi oleh Allah kita seharusnya bisa menghadapi raksasa dalam hidup kita. Baik itu masa depan, hutang, sakit penyakit, dan sebagainya. Karena keberanian dan kegigihan dari Daud, dia melawan dengan jiwa yang dipernuhi dengan Allah, dan memandang dengan kacamata yang positif.
Selanjutnya dalam Kisah Para Rasul 13:22 dituliskan bahwa Daud adalah orang yang berkenan kepada tuhan. Mengapa tuhan menyebut Daud sebagai orang yang berkenan di hatinya? Saya mengharapkan setiap dari kita menjadi anak Tuhan, menjadi seorang Kristen, jangan hanya sekedar mau dicap sebagai orang Kristen. Tapi saya menghendaki agar setiap kita punya julukan masing-masing dari Tuhan buat kita. Seperti misalnya: Paulus sebagai rasul Tuhan, Yohanes orang yang dikasihi-Nya, Daud sebagai orang yang berkenan di hati-Nya.
Kita harus mencari julukan kita yang berkenan pada Tuhan. Daud bukanlah orang yang suci. Dia sering jatuh bangun dalam kehidupan, Daud terlibat dengan Betsyeba, pernah bergabung degan para pencemooh di padang , memiliki istri banyak, pernah marah, dan bahkan Daud pernah tidak mengurus keluarganya. Tetapi dalam konteksnya pada saat mengahdapi raksasa itu, banyak sekali kata positif dari Daud yang mengatakan bahwa allah menyertai-Nya.
Aku menilai bahwa kehidupan Daud seharunya sangat mudah untuk kita jalankan pada kehidupan kita sehari-hari. Bisa kita ambil menjadi motivasi dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun kita sering tahu perintah Allah, firman Tuhan seperti apa, tapi seringkali kita pada saat menghadapi Goliat dalam hidup kita lebih sering memilih untuk kalah, merasa takut , kemudian menyelesaikan hal kecil saja seringkali kita tidak melibatkan Tuhan.
Belajar dari Daud, belum pernah saya jumpai keberanian yang seperti Daud yang tidak membawa senjata apapun untuk melawan raksasa, namun hanya yakin bahwa Allah menyertai dia.
Kadang kita jatuh bangun kalau melihat orang Kristen yang munafik dan banyak kelemahan. Belajar dari kehidupan Daud adalah orang yang tidak suci, tapi dia bisa melakukan sesuatu yang besar dan berkenan bagi Tuhan . Dari sini aku melihat bahwa kita jangan lemah, menghakimi kepada orang yang berbuat salah. Daud pada saat dia berhasil, dia lebih berhasil daripada semua orang; tapi pada saat dia gagal dia juga tidak berbeda dengan orang lain yang pernah gagal. Kita tidak boleh mengejudge orang lain karena kita tidak tahu bahwa mungkin di balik kelemahan atau kegagalan yang kita lihat, dia pernah mengalami sesuatu yang baik bersama Tuhan. Kita tidak tahu apa yang baik yang dialaminya secara pribadi dengan Tuhan. Tuhan sangat mengasihi hati yang tidak mulus.
Poin yang saya ambil adalah pusatkan perhatian utama dan lebih kepada Tuhan. Sama seperti pada waktu Daud melakukan hal itu: bahwa pada saat dia percaya bahwa Tuhan menyertai dia, raksasa itu jatuh; tetapi pada saat dia tidak melakukannya, Daudlah yang terjatuh. Poinnya adalah memusatkan perhatian kepada Tuhan.
Dalam ayat yang ke 26, 36, 45-48 menunjukkan bahwa Daud memusatkan pikiran hanya kepada Tuhan. Kita harus memfokuskan pikiran kepada Allah lebih daripada kepada Goliat yang ada. Caranya adalah:
• Setiap hari kiat harus mengecek atau membandingkan dalam pikiran kita perbandingan seberapa besar kekuatan Allah dibanding dengan kekuatan Goliat.
• Apakah kita sudah menggambarkan kekuatan allah 4x lebih besar daripada tuntutan kehidupan kita sehari-hari.
• Apakah daftar berkat yang kita terima lebih panjang daripada tuntutan-tuntutan kita.
• Apakah susunan harapan yang ada di pikiran kita 4x lebih tebal daripada ketakutan kita.
• Apakah kita mempertimbangkan pengampunan allah 4x lebih besar daripada kesalahan kesalahan kita.
Memang dalam kisah Daud ini tidak ada mujizat yang signifikan seperti membelah laut mati oleh Musa atau membangkitkan orang mati. Tetapi maknanya adalah bahwa kita akan mengalami miujizat bila kita berjalan dengan Allah. Bila kita berfokus pada raksasa, kita akan kalah; tetapi apabila berfokus pada Tuhan kita akan menang.
Apabila Allah bisa melakukan mujizat bagi Daud, Allah juga bisa melakukan mujizat bagi kita.

By: Linawati Sutandio

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.