Kamis, 03 September 2009

Menerima Teguran

Amsal 12:1:
Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.

Amsal 25:12
Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar.

Amsal 27:5
Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.



Menerima teguran memang tidak mengenakkan

Ibrani 12:11a:
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita.

Saya sendiri masih harus belajar banyak untuk menerima teguran.
Puji Tuhan, Tuhan begitu mengasihi saya karena memberikan sejumlah orang yang mau menegur saya, mengingatkan saya, dan saat saya mau menerima teguran itu, saya memperoleh hal yang berharga.

Amsal 12:1:
Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.

Karena itu saya merasa perlu belajar untuk menerima dan menikmati menerima teguran (ditegur).

Manfaat teguran

1. Menghasilkan kebenaran

Ibrani 12:11b
Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Teguran menghasilkan kebenaran. Kebenaran menghasilkan damai. Bila kita melakukan sesuatu yang salah secara sadar, biasanya kita akan merasakan sesuatu dalam hati kita: tidak enak, merasa bersalah, tidak tenang, tidak damai.

Hati Nurani atau dalam psikologi disebut sebagai Superego merupakan aspek dari kepribadian yang memegang seluruh standar moral dan idealisme yang kita miliki dan hal ini diperoleh dari dua sumber, yaitu orang tua dan masyarakat , yang merupakan suatu bentuk nilai benar atau salah.

Terdapat dua bagian dalam superego:

1. Ego Ideal : termasuk di dalamnya aturan-aturan dan standar-standar untuk perilaku yang baik. Perilaku-perilaku ini termasuk perilaku-perilaku yang disetujui oleh orang tua dan figur otoritas (pemegang kekuasaan). Mematuhi aturan akan menghasilkan suatu perasaan bangga, berharga, dan berhasil.

2. Kesadaran : termasuk di dalamnya adalah informasi mengenai hal-hal yang dipandang sebagai hal yang buruk oleh orang tua dan masyarakat. Perilaku-perilaku ini sering dilarang untuk dilakukan dan akan bila dilakukan menghasilkan konsekuensi, hukuman, dan perasaan bersalah serta penyesalan yang dalam.


Bagi orang percaya, superego saja tidak cukup.

Tuhan juga mengaruniakan Roh Kudus dalam setiap kita
Mengapa demikian?
Super ego/nurani/suara hati masih bisa salah, karena ditentukan oleh nilai, norma, tatanan-tatanan yang tertanam dalam diri, dan yang ditanamkan oleh orang tua dan masyarakat, sedangkan Roh Kudus tidak bisa salah.

Yohanes 14:16
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,

Ya, Penolong di sini adalah Roh Kudus. Dengan adanya Roh Kudus, saat kita berbuat salah, akan terasa sekali.

Bagaimana dengan tindakan salah yang tidak kita sadari ? Hal yang kita tidak pahami itu adalah salah ?
Roh Kudus akan memberitahukan kita, salah satunya lewat teguran, baik langsung ke hati & pikiran kita, ataupun melalui orang lain (keluarga, istri, teman, ortu, dll)
Karena Roh Kudus adalah Allah sendiri dan Allah adalah damai, saat kita mengikuti teguran-Nya maka damai yang hilang itu akan kembali.

2. Memberikan tuntunan hidup

Amsal 6:23
Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan,

Perumpamaan teguran sebagai alat navigasi dalam berlayar
Suatu kapal yang berlayar mengarungi lautan akan sulit untuk menentukan arah dan jaraknya dari tempat semula, kecuali ada kompas dan perangkat navigasi untuk menentukan jarak. Begitu pula dengan kita. Saat kita berlayar mengarungi samudera kehidupan ini, seringkali kita kehilangan arah sudah sejauh mana kita berlayar. Kita membutuhkan teguran sebagai kompas dan perangkat navigasi kita.

3. Menjaga kita dari tersesat

Amsal 10:17
Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.

Teguran menjaga kita dari tersesat. Bila kita terus-menerus melakukan hal yang salah, kita dapat tersesat pada akhirnya. Hal ini sangat menarik, karena seringkali kita tidak menyadari bila kita sudah melakukan kesalahan kecil.

Sedikit demi sedikit kesalahan kecil itu kita lakukan lalu akhirnya menjadi menumpuk. Bahaya dari hal-hal kecil ini dapat membawa kepada konsekuensi yang sangat serius: kemurtadan, meninggalkan Tuhan. Ya, tersesat berarti meninggalkan Tuhan.

Ya, teguran menjaga kita dari membuat kesalahan yang lebih besar dan pada akhirnya menghindarkan kita dari ketersesatan.

Bagaimana sikap kita menghadapi teguran?

1. Mendengarkan.
Mendengarkan merupakan kunci pertama untuk menerima teguran. Tanpa mendengarkan kita tidak bisa mengerti apalagi untuk menerima teguran.
2. Memperhatikan.
Memperhatikan untuk mengetahui permasalahan apa yang perlu kita bereskan. Hal apa yang perlu kita koreksi dalam diri kita.
3. Membuka hati dan tidak berkeras kepala.
Berkaitan dengan membuka hati dan tidak berkeras kepala, ini sangat terkait erat pada satu aspek, yaitu kerendahan hati.
4. Menerima teguran.
Ini merupakan langkah terakhir. Saat menerima teguran, tentu saja kita tidak akan tinggal diam, tetapi tentu kita akan memikirkan, menyusun langkah-langkah untuk berubah, dan setelah itu melakukannya.



Yeremia 17:23
Namun mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikannya, melainkan mereka berkeras kepala, sehingga tidak mau mendengarkan dan tidak mau menerima tegoran.

Teguran yang mendidik, baik disampaikan dengan lemah lembut ataupun dengan tajam dan menusuk, tujuannya adalah baik.
Memang akan lebih mudah menerima teguran yang lemah lembut dan tidak bersifat mencela, pedas, atau tajam dan menusuk, tetapi sama saja semuanya adalah teguran yang mendidik.

Saya sering mengalami saat mengalami teguran yang tajam dan menusuk, reaksi pertama saya sudah jelas menolak itu. Namun seringkali sesudahnya, Roh Kudus mengingatkan pada saya akan kebenaran teguran itu.

Ya, saya masih harus banyak sekali belajar untuk menerima teguran. Sikap yang perlu dimiliki terhadap teguran:

Amsal 15:33
Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan.

Untuk bisa menerima teguran, kita perlu membuka hati dan tidak berkeras kepala.
Sumbernya adalah di kerendahan hati. Untuk menerima teguran diperlukan hati yang mau diubahkan.

Ya, menerima teguran berarti berubah. Saat kita (Anda dan saya) mau berubah ke arah yang positif, kita (Anda dan saya) menjadi orang yang jauh lebih baik.



PENUTUP

Amsal 15:10
Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati.

Jangan matikan jiwa Anda! Jangan matikan Roh Kudus dalam diri Anda! Jangan matikan kebenaran!

Marilah kita menjadi orang-orang yang mencintai teguran !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.